Skip to main content

Busur Panah Menakjubkan


Dalam Maghazi al-Umawi disebutkan bahwa saat kaum musyrikin naik ke puncak bukit pada perperangan Uhud, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berkata kepada Sa’ad, “Singkirkan mereka! Pukul mundur mereka!”

 Sa’ad berkata, “Bagaimana mungkin aku menyingkirkan mereka seorang diri?” Beliau mengulangi perintah itu hingga tiga kali dan Sa’ad langsung mengambil anak panah dari tempatnya dan seorang musuh hingga terbunuh. Sa’ad bercerita, “Selanjutnya, aku mengambil anak panahku. Aku lihat lawan dan aku bidik hingga mati. Aku lalu lalu mengambil anak panah lagi, aku lihat lawan dan aku bidik hingga mati, hingga mereka semua itu turun dari tempat itu. Aku katakan, “Anak panah ini penuh keberkahan.” 

Selanjutnya ia meletakkannya ke tempatnya lagi dan anak panah itu tetap berada pada Sa’ad hingga ia meninggal, bahkan sampai diwarisi anaknya.[1]

Syaikh DR. Munir Muhammad Ghadban berkata, “Dengan mata kepala sendiri saya telah melihat busur dan anak panah Sa’ad disebuah tempat terlindung dengan kaca di sebuah rumah tua di Madinah Munawwarah tahun 1393 H. Barangkali rumah itu sudah digusur, lokasinya dekat dengan masjid Nabawi.”[2]

Dia dikenal dengan orang mustajab doanya, sedang doanya ditakuti dan diharap-harapkan. Sebab Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam telah mendoakannya,
اللَّهُمَّ سَدِّدْ سَهْمَهُ وَأَجِبْ دَعْوَتَهُ
“Ya Allah tepatkanlah panahnya, dan ijabahilah doanya.”
Di samping itu dia adalah salah satu penunggang kuda pemberani yang menjaga Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di dalam peperangan-peperangan beliau.[3]
Muhammad bin Umar bercerita, “Ummu Aiman Radhiyallahu anha hadir dalam perang Uhud. Ia memberi minum dan mengobati yang terluka.” 


Dalam Al Kamil yang ditulis Ibnul Atsir diceritakan bahwa Ummu Aiman sedang mengobati seorang shahabat yang terluka. Tiba-tiba ia dipanah oleh Hibban bin al-Ariqah hingga terjatuh dan terbuka sedikit auratnya, dan musuh Allah itu tertawa terbahak-bahak. 

Sebuah anak panah yang tidak tajam (tumpul) diberikan kepada Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berkata, “Bidiklah ia!” Ia pun membidiknya dan mengenai leher Hibban yang musyrik itu hingga jatuh terlentang dan terbuka auratnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tertawa hingga terlihat gigi-gigi geraham beliau, lalu beliau bersabda, “Sa’ad memohon untuk itu dan Allah mengabulkannya.”[4]




[1] Zadul Ma’ad, 2/95
[2] Lihat Manhaj Haroki 1/602
[3] Al Isti’ab 1/182
[4] Lihat Manhaj Haroki, 1/554
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar