Skip to main content

Berat Puasa dan Qiyamul Lail? Ada Amalan Lain Kok! Simpel Tapi Menakjubkan




Akhlak Sebanding Dengan Puasa dan Qiyamul Lail

Wahai Ikhwah! Kita sering mendengar orang tua menasehati anak-anaknya untuk berakhlak yang baik. Hanya saja pernah kah mereka menjelaskan kedudukan dan keutamaan akhlak.

Dari sini kami mengajak anda untuk mengkaji fadhilah-fadhilah akhlak berdasarkan hadits-hadits shahih.  

Seorang Penyair mengatakan;

إِنَّمَا الأُمَمُ الأَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ ... فَإِنْ هُمُ ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوا

Hanyasanya umat-umat itu adalah akhlak..... Apabila lenyap akhlak mereka lenyaplah mereka

                Akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam, hingga dalam hadits disebutkan;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا»
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (Hr. Abu Dawud, no.4682 danTurmudzi, no 1162, dan disahihkan oleh Syaikh Al Albani)

          Wahai Ikhwah! Sempurna tidaknya iman seseorang dengan mudah kita tebak berdasarkan akhlaknya. Apabila baik akhlaknya maka imannya pun baik. Sebaliknya jika buruk, imannya pun buruk.

          Ketika telah baik imannya, seseorang akan merasakan manisnya akhlak kelak di akhirat. Dalam hadits disebutkan;

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ 
القِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيءَ.

Dari Abu Darda’, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan seorang mukmin pada hari kiamat dari pada akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah murka kepada orang yang berkata-kata buruk lagi kotor.” (Hr. Turmudzi, no.2002, dan disahihkan oleh Al Albani)

          Di akhirat ia akan mendapati timbangannya berat, hal ini lantaran usahanya untuk selalu memperbaiki akhlaknya yang luhur.

          Ada satu keutamaan akhlak yang jarang disinggung oleh para khatib dan penceramah. Apa itu?

          Dalam hadits Shahih disebutkan;

عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللَّهُ، قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ»

Dari Aisyah rahimahalloh berkata,’ Aku mendengarRasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlaknya yang baik akan mencapai derajat mukmin yang berpuasa lagi qiyamul lail.”  (Hr. Abu Dawud, no.4798, dan disahihkan oleh Syaikh Al Albani)

          Sehingga ketika kita berat untuk melakukan puasa dan qiyamul lail, jangan berputus asa. Sebab, ada amalan yang menyamai kedudukan keduanya, yakni akhlak yang baik.

          Wahai ikhwah! Hendaknya kita tutupi lubang kekurangan kita dalam melaksanakan puasa dan qiyamul lail dengan akhlak yang baik. Sebab, ketika kita sulit menggapai keduanya, tidak lantas kita meninggalkan begitu saja, akan tetapi harus berusaha untuk mengupayakan amalan pembandingnya, yakni akhlak.

          Wahai Ikhwah! Bahkan bisa jadi seorang yang berakhlak lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah, dari pada orang yang Shoim(puasa) dan Qoim (Qiyamul lail). Karena terkadang orang yang Shoim dan Qoim merasa bangga dengan ibadahnya, lalu meremehkan orang yang tidak mengerjakannya. Atau merasa dirinya lebih baik dari pada kawan-kawannya yang tidak mengerjakan sepertinya.

          Shoim dan Qoim yang ujub (bangga diri) terhadap amalnya, tidak akan memperoleh apa-apa. Sedangkan orang yang berakhlak akan mendapatkan pahala dua amalan itu.

          Sehingga sangat mungkin mukmin ahli akhlak jauh lebih baik dari pada ahli Shiyam dan Qiyam.

          Dengan demikian tidak lantas kita puas dengan akhlak, lalu meninggalkan Shiyam dan Qiyam. Tidak, tidak demikian. Apabila bisa menggabungkan semua itu, tentu lebih utama, asal tetap menjaga keikhlasan dan menjauhkan diri dari sifat ujub. Wallahu a'lam.


(Disajikan oleh; Muizzudien Abu Turob)


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar