Skip to main content

Muhammadiyah Boarding School, Ikhtiar Muhammadiyah Bangun Pendidikan Pesantren

KULIAHALISLAM.COM - Muhammadiyah Boarding School adalah ikhtiar Muhammadiyah untuk mencetak ulama melalui pondok pesantren. Dalam sejarahnya, Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern pembaharu yang mempunyai misi awal mendamaikan pendidikan barat dengan pendidikan Islam. Oleh karena itu Muhammadiyah pada masa awal tidak akrab dengan tradisi pondok pesantren.

Muhammadiyah Boarding School
MBS Prambanan Sleman Yogyakarta

Meskipun begitu, Muhammadiyah sudah mendirikan pesantren modern yang bernama Muallimin Muhammadiyah dan Muallimat Muhammadiyah pada tahun 1918. Beberapa tahun setelah itu, berdirilah Pondok Modern Gontor yakni pada tahun 1926. Model pesantren modern menjadi pilihan bagi Muhammadiyah yang berbeda dengan NU yang mengembangkan pesantren salaf atau tradisional.

Dalam perjalanannya, karena DNA Muhammadiyah sebagai organisasi modern, lembaga pendidikan yang berkembang adalah TK, SD, SMP dan SMA yang bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tentu saja lembaga-lembaga pendidikan tersebut memuat nilai keIslaman yang lebih banyak dibanding dengan lembaga pendidikan negeri.

Namun karena lembaga pendidikan yang didirikan lebih dominan dengan pendidikan umum, maka mulai terasa kekurangan ulama di lingkungan Muhammadiyah. Hal ini menimbulkan ide untuk mendirikan pondok pesantren yang mempunyai misi khusus untuk untuk mencetak ulama di Muhammadiyah. Misalnya ada Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah Garut dan Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah Gombara.

Memasuki dekade tahun 2000-an, pondok pesantren semakin tumbuh subur di Muhammadiyah. Model pondok pesantren yang cukup diminati adalah Muhammadiyah Boarding School. Dimana lembaga pendidikannya di bawah Kemendikbudristek namun metode pendidikannya pondok pesantren. Muhammadiyah Boarding School yang disingkat MBS tumbuh di berbagai daerah bak musim hujan. Keberadaan MBS semakin memperkuat keberadaan pesantren-pesantren Muhammadiyah yang telah berdiri sebelumnya.

Tumbuh suburnya pesantren membuat para pimpinan pondok pesantren membentuk komunitas yang bernama Ittihadul Ma’ahid Muhammadiyah (ITMAM). ITMAM merupakan lembaga informal yang menaungi pondok-pondok pesantren di Indonesia. Pasca Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, hasil Muktamar mengamanatkan untuk mendirikan Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M) PP. Muhammadiyah.

Berikut beberapa contoh Muhammadiyah Boarding School (MBS) yang sudah eksis dan berkembang di Indonesia:

  • MBS Prambanan Sleman

Dilansir dari laman resmi MBS Prambanan Sleman mbs.sch.id, MBS Sleman untuk pertama kali berdiri di pinggiran timur Kabupaten di Desa Bokoharjo Kecamatan Prambanan. Sejarah awal pendirian MBS tidak terlepas dari adanya keprihatinan para kader muda Muhammadiyah yang merasakan betapa minimnya generasi kader persyarikatan diwilayah Prambanan dan sekitarnya. Sekolah – sekolah Muhammadiyah yang ada belum bisa menjadi jawaban akan kurangnya kader.

Akhirnya munculnya sebuah gagasan untuk mengembangkan sekolah yang sudah ada yaitu SMP Muhammadiyah 1 Prambanan untuk menjadi sebuah pesantren dengan muatan kurikulum terpadu antara umum dan pesantren. Tokoh muda yang menggagas ide ini diantaranya adalah Muhammad Nashirul Ahsan, salah satu putra tokoh Muhammadiyah Prambanan alumni LIPIA Jakarta dan menjadi tenaga pendidik disalah satu pesantren non Muhammadiyah.

Gayung bersambut, ide dan gagasan para tokoh muda disetujui oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Prambanan dan Kepala SMP 1 Muhammadiyah Prambanan. Akhirnya konsep pengembangan SMP 1 Muhammadiyah Prambanan dilanjutkan dengan mengadakan studi banding kebeberapa pesantren di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Berjalannya waktu, terjadi perbedaan pandangan dengan para tenaga pendidik internal SMP 1 Muhammadiyah Prambanan. Ternyata tidak semua guru sepakat dengan ide pengembangan SMP 1 Muhammadiyah Prambanan menjadi pesantren. Beragam alasan dan kekhawatiran meraka sampaikan, mediasi dan komunikasi yang terus dilakukan belum juga membuahkan hasil. Akhirnya ide dan gagasan yang sudah matang menjadi mentah kembali, tim pengembang melakukan beberapa upaya, salah satunya dengan berkoordinasi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Yogyakarta untuk mendirikan Pesantren.

Ketua PWM Yogyakarta pada saat itu Dr. H. Agung Danarto, M.Ag memberi dukungan penuh untuk melanjutkan proses yang sudah berjalan, “kalau sulit untuk mengembangkan yang sudah ada, dirikan saja pesantren baru di Prambanan” begitu pernyataan beliau sebagai bentuk dukungan dan mematik semangat para pemuda. Berbekal motivasi dari PWM, para tokoh muda akhirnya memutar haluan, rencana awal dari pengembangan, menjadi pendirian pesantren. Berbagai upaya menggalang dukungan dilakukan, salah satunya adalah meminta nasehat dari sesepuh Muhammadiyah, Bapak Prof. Dr. Amien Raisa, M.A, beliau setuju dan siap menjadi penasehat, dukungan dari tokoh juga diperoleh dari ketua PP  Muhammadiyah Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, ketua PP Aisyiyah Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Suratno, Wakil Bupati bapak Drs. Sri Purnomo, M.Si.

Waktu terus berjalan, dukungan dari para tokoh sudah ditangan, bermodal bismillah rencana pendirian sudah dimantapkan. Namun proses yang ada belum sesuai harapan, satu masalah baru muncul, dimana lokasinya?. Pertanyaan itu muncul karena tidak terfikir sebelumnya untuk mendirikan pesantren baru. Para pemuda hanya bermodal semangat, lahan lokasi pendirian belum meraka miliki.

Munculnya sebuah ide untuk membeli sebidang tanah dengan menggunakan dana dari masyarakat melalui penggalangan dana untuk membebaskan tanah, terlontar juga gagasan untuk memanfaatkan lahan milik kraton Ngayogyakarta, untuk menyampaikan permohonan pemanfaatan sebidang tanah milik kraton (sultan ground) di Desa Plempoh Kelurahan Bokoharjo Prambanan. Setahun kemudian pihak kraton memberikan persetujuan dengan system sewa hak pakai.

Disinilah awal sejarah dimulai, tepat pada hari Ahad tanggal 20 Januari 2008 diresmikan Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta yang peletakan batu pertama di lahan milik Sultan, dilakukan oleh Prof. Dr. Amien Rais, M.A. Bersamaan itu diadakan penggalangan dana dari seluruh jamaah yang hadir, Alhamdulillah antusias jamaah dalam rangka turut membatu terbelinya sebidang tanah untuk pembangunan gedung MBS.

Hasil perolehan dari penggalangan dana digunakan untuk pembebasan tanah, dan dengan bantuan dari beberapa donatur, terbangunlah sebuah gedung dengan 3 ruangan yang menjadi sejarah pertama kali gedung yang dimiliki oleh MBS Yogyakarta.

Bangunan dengan tiga ruang tersebut menjadi gedung multifungsi sebagai ruang untuk belajar, sekaligus mushola dan asrama santri putra.

  • MBS Bantul (MUHIBA)

Dilansir dari laman resmi MBS Muhiba Bantul, SMA Muhammadiyah Bantul yang berdiri sejak tahun 1960-an, Sekolah Rintisan Nasional dengan Akreditasi A, turut serta dalam mewujudkan kader persyarikatan yang bermanfaat untuk umat dan bangsa tersebut dengan membentuk Program Kelas Khusus, dengan nama MBS Muhiba Yogyakarta pada tahun 2014. Terletak pada posisi yang strategis di tengah Kota Bantul Yogyakarta, tepat berdampingan dengan POLRES Bantul, 10 KM dari Keraton Kerajaan Yogyakarta.

MBS Muhiba telah terdaftar dalam Kementrian Agama Bantul sebagai Pondok Pesantren. Saat ini, santri MBS Muhiba datang dari pelbagai daerah; Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dll. dengan beraneka macam prestasi tingkat Provinsi dan Nasional.

  • MBS Kampung Sawah Bekasi

Dilansir dari laman resminya, Seiring dengan berkembangnya pergerakan Persyarikatan Muhammadiyah di Kecamatan Pondok Melati dan amanah PDM Kota Bekasi dan untuk dapat memaksimalkan pergerakan persyarikatan maka terhitung akhir tahun 2016 dibentuklah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pondok Melati yang sekaligus secara wilayah menjadi tulang punggung pergerakan persyarikatan Muhammadiyah di Kecamatan Pondok Melati dan melanjutkan semangat serta daya juang para founding father untuk dapat mengembangkan Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School Kampung Sawah Kota Bekasi.

 

Pondok Pesantren MBS Kampung Sawah secara resmi mulai beroperasi sejak diresmikan dengan jumlah santri 13 orang putra pada tingkat SMP. Alhamdulillah menginjak tahun keempat telah terdaftar 58 santri putra dan 24 santri putri. Tiga tahun ajaran sudah dilaksanakan dan MBS Kampung Sawah meluluskan 10 santri dengan 6 santri telah menyelesaikan hafalan sebanyak 10 juz dan lainnya sekitar 4 juz. Hasil Ujian Nasional kesepuluh santri tersebut mendapatkan peringkat ke-36 dari 331 Sekolah Menengah Pertama (SMP)  di Kota Bekasi.

 

3 MBS yang diulas merupakan sedikit contoh dari banyaknya MBS di Indonesia. Jumlah MBS se-Indonesia pun akan semakin berkembang dari tahun ke tahun karena tingginya kebutuhan ulama dalam internal persyarikatan.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar