Skip to main content

Solusi Menghindari Fitnah Akhir Zaman




Sekarang kita berada pada zaman yang sudah terbalik , zaman yang orang-orangnya sudah jauh berubah dari pada keadaan sahabat Nabi ketika di tinggal oleh Nabi Muhammad Saw. begitu pula jauh berubah dari zamannya para tabiin serta zamannya para tabi’tabi’in, kita sekarang berada pada zaman dimana amal kebaikan telah jauh berkurang, begitu pula orang orang yang baik sangat sedikit jumalahnya, sementara amal kemaksiatan dan kekejian terus bertambah dan merata dimana-mana, begitu pula orang orang jahatnya bertambah jumlahnya dengan pesat dan merajalela disemua benua .

Kita lihat sekarang banyak orang yang berkata “la ilaha illah” Yang menyakini “la ilaha illah” Akan tetapi sedikit dari mereka yang ikhlas dalam mengucapkannya, sedikit dari mereka yang melaksanakan hakikat dari kalimat “la ilaha illah”. Di zaman sekarang ini alangkah banyaknya orang yang berkata “la ilaha illah” akan tetapi dengan lisannya sedangkan hatinya kosong dari ruh kalimat “la ilaha illah” Sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw:

لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّاالَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ

Artinya : “Tidak datang kepada kalian suatu zaman kecualizaman yang setelahnya akan lebih jelek dan lebih buruk dari zaman sebelumnya.”

Di dalam hadits lain Nabi Muhammad Saw. bersabda :

يَدْرُسُ الْإِسْلَامُ كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ حَتَّى لَا يُدْرَى صِيَامٌ، وَلَا صَدَقَةٌ، وَلَا نُسُكٌ وَيُسْرَى عَلَى كِتَابِ اللهِ فِي لَيْلَةٍ، فَلَا يَبْقَى فِي الْأَرْضِ مِنْهُ آيَةٌ، وَتَبْقَى طَوَائِفُ مِنَ النَّاسِ الشَّيْخُ الْكَبِيرُ يَقُولُ: أَدْرَكْنَا آبَاءَنَا عَلَى هَذِهِ الْكَلِمَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَنَحْنُ نَقُولُهَا». رواه البيهقي


Artinya : “Akan menjadi usang agama islam seperti usangnya sebuah baju, sehingga banyak orang yang tidak tahu apakah shola itut, apakah puasa itu? Apakah haji dan umroh itu? Apakah sodakoh itu? Dan tidak tahu bagaimana melaksanakan itu semua dengan cara yang benar? Lalu pada satu malam semua tulisan pada al qur’an akan hilang sehingga tidak tersisa di muka bumi ini satu ayatpun dan hanya tersisa segelintir orang yang sudah tua mereka berkata : “kami mendapati sebagian kakek moyang kami mengucapkan kalimat “la ilaha illah.” Maka kamipun ikut membacanya”. (HR. Baihaqi)

Kalau sudah demikian yang terjadi kata Nabi Muhammad Saw. berarti hari kiamat sebentar lagi akan tiba. Kita sekarang berada di akhir zaman. Kita berada di zaman dimana fitnah itu sangat dahsyat dan tersebar serta merajalela, baik kedurhakaan para anak kedua orang tua ataupun kedurhakaan para istri kepada para suami, kita lihat pada zaman ini kedurhakaan para istri sudah mencapai batas klimaksnya yang sangat memilukan hati kita semua, dimana dibuktikan melalui riset yang dibuat dengan akurat bahwasanya 85% istri-istri yang ada pada zaman ini termasuk kategori tolehah alias tidak sholehah, ini merupakan suatu kabar yang sangat memilukan kita semua, karena kesalehan putra-putri kita tergantung kepada keshalehan ibunya, sebagaimana dikatakan oleh para ulama’ :

صَلَاحُ اْلأَوْلَادِ بِصَلَاحِ الْأُمَّهَاتِ


Artinya: “kesalehan anak-anak tergantung kepada kesalehan para ibu”

Dikatakan pula oleh para ulama bahwasanya kesalehan seorang anak 60% tergantung kepada kesalehan ibunya, dan hanya 40 % tergantung kepada kesalehan ayahnya, artinya jika ibunya adalah seorang wanita ahli maksiat, ahli televisi, ahli mall, seorang wanita yang malas untuk beribadah, maka otomatis anaknya pun demikian, walaupun ayahnya adalah seorang kiai atau ustad, begitu pula sebaliknya jika ibunya adalah seorang wanita yang beriman dan bertaqwa, seseorang wanita ahli ibadah dan seorang wanita yang berakhlak mulia maka anaknyapun akan menjadi seperti ibunya,walaupun ayahnya seorang yang tidak baik akhlak serta perilakunya, jadi kesalehan semua anak atau tidaknya tergantung kepada kesalehan ibunya , oleh karena itu dikatan oleh para ulama’ :

اَلْأُمُّ أَوَّلُ مَدْرَسَةِ لِلْوْلَدِ.

Artinya : “Ibu itu merupakan sekolah pertama bagi pendidikan seorang anak”.

Mari kita belajar dari ibu-ibu terdahulu didalam menanamkan pendidikan kepada anak anaknya, seperti yang terihat dalam sejarah dan manaqib seorang Habib yang alim dan allamah, seorang waliyullah yang bernama al Habib Abdullah bin Husein bin Tohir. Beliau tidak menjadi orang besar, tidak menjadi orang yang diteladani baik di kotanya Masileh maupun di Hadramout merata, dimana kitab kitabnya banyak di baca, dan qasidahnya banyak dinasydkan dalam setiap acara, serta da’wahnya menembus di seluruh dunia. Tidak menjadi seorang al Habib Abdulloh bin Husin bin Tohir kecuali karena didikan ibunya. Dimana ibunya memberikan pendidikan kepada putranya tersebut dengan didikan nabi serta mendekatkannya kemaqom muroqobah, didekatkan dirinya kepada Allah Swt. Ditanamkan dalam dirinya bahwasanya Allah SWT selalu mengawasinya di manapun dia berada, menanamkan dalam hati putranya untuk selalu bergantung kepada allah, ditanamkan dalam hatinya apabila dia menginginkan sesuatu atau berlindung dari sesuatu yang dia takutkan maka hendaknya berlindung dan memintanya kepada Allah Swt. Sehingga diriwayatkan diantara didikan yang dia tanamkan kepada putranya tersebut, dimana ibunya telah bekerja sama dengan para gurunya di madrasah tempat dia sekolah, untuk memberitahukannya jika tampak pada putranya suatu kesalahan atau kekhilafan. Dan memang sudah menjadi kebiasaan ibunya ketika Al-Habib Abdullah bin Husin bin Tohir pulang dari sekolahnya dan meminta makan kepadanya, maka ibu yang salehah tersebut berkata:

“Jangan kau minta makanan kepadaku, tapi mintalah kepada Allah SWT Dzat yang memberi makan kepada seluruh manusia dan semua makhluknya yang berada dalam alam semesta”,

maka kemudian diperintahkanlah beliau supaya masuk ke dalam sebuah kamar yang digelapkan dengan sengaja untuk berdoa dan meminta kepada Allah Swt seraya berkata :

“Jika engkau tidak melanggar perintahnya tidak berbuat maksiat kepadanya serta tidak melanggar perintahku sehingga Allah ridho dan pasti memberikan makanan kepadamu, tapi jika engkau melanggar perintahnya dan melanggar perintahku atau berbuat maksiat maka niscaya Allah tidak akan memberikan makan kepadamu”

dan memang dengan sengaja sebelumnya dia letakkan makanan ditempat yang tersembunyi, jika beliau tahu habib Abdulloh kecil ini tidak melakukan suatu kesalahan dan pelanggaran. Akan tetapi jika sudah di dengar dan diketahui oleh ibunya dia melakukan kesalahan maka dia tidak meletakkan makanan di tempat biasa, dan ibunya yang solihah tersebut berkata kepadanya :

”ini adalah akibat dari pelanggaran kamu maka Allah benci kepada kamu, murka kepadamu dan hari ini kamu tidak diberinya rezeki maka bertobatlah kepadanya dan bacalah istighfar”.

dan dikatakan pula bahwasanya jika diketahui oleh ibunya puranya Al Habib Abdullah bin Husein bin Tohir berkata-kata dengan perkataan yang kotor dan keji, maka diambillah siwaknya lalu digosokkan ke dalam mulutnya dengan gosokan yang sangat keras hingga berdarah karenanya, kemudian ibunya berkata :

“Ludahmu berubah menjadi darah, akibat dari perkataan-perkataanmu yang kotor dan keji yang tidak pantas untuk diucapkan”.

Sehingga Habib Abdulloh kecil takut karenanya dan terbiasa untuk tidak berkata dengan kata-kata yang kotor dan keji. Inilah diantara pendidikan yang ditanamkan oleh seorang ibu yang sholihah kepada anaknya sehingga pantas Al Habib Abdullah bin Husein bin Tohir menjadi orang yang luar biasa manfaatnya, baik dengan kitab-kitabnya, dengan lisan dakwahnya, dengan ibadahnya serta dengan karomahnya yang tersebar diseantero hadromaut bahkan di dunia rahimahullah rahmatal abrar.

Berbeda dengan putra-putri kita pada zaman ini, dimana kita melihat banyak anak-anak muda dan para remaja kaum muslimin seakan-akan tidak mempunyai budaya sendiri yang mengikat moral mereka, sehingga ketika mereka mendengarkan dan menyaksikan suatu budaya dan gaya tertentu yang diperagakan oleh para musuh islam, baik melalui televisi maupun internet, ataupun melalui media-media lainnya maka langsung ditirunya, ketika musim rambut cepak merek semua berambut cepak, ketika musim bertato nyang diharamkan maka mereka semua bertato, tatkala musim baju-baju ketat dan transparan maka mereka juga menggunakannya, ketika musim gerakan dan tarian tertentu, maka mereka juga melakukan, ketika musimnya orang menggundul kepalanya semua, maka mereka semua juga demikian, bukankah semua ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh nabi dalam haditsnya.

لَتَتَّبِعَنَّ سُنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ ” ، قُلْنَا : يَا رَسُولَ الله الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى ؟ قَالَ : “فَمَنْ ؟.

Artinya : “Nanti suatu waktu kalian akan mengikuti jalan-jalan dari pada orang-orang yang mengikuti jalan sebelum kalian sedikit demi sedikit, satu jengkal demi satu jengkal, satu kilan demi satu kilan, sehingga apabila mereka masuk ke dalam lobang biawak, maka kalianpun akan mengikuti mereka.” lalu di Tanya oleh para sahabat : apakah mereka kaum Nasrani dan Yahudi wahai rasul ?”maka Rasulullah menjawab :“kalau bukan mereka maka siapa lagi”.

Ketahuilah bahwasanya putra putri kita adalah tanggung jawab kita semua, mereka merupakan sebuah amanat yang Allah titipkan kepada kita sebagai orang tua, untuk kita didik dan kita tempa keimanannya, dan bukan hanya untuk di beri makanan saja, akan tetapi kita didik mereka supaya menjadi anak-anak yang soleh dan solehah, menjadi orang yang berguna bagi keluarga, nusa dan bangsa, karena kalau kita tidak didik mereka sesuai dengan didikan Nabi Muhammad Saw, maka mereka suatu waktu kelak akan menjadi musuh dan fitnah yang sangat mnejerumuskan kita sebagai orang tua, sehingga pantas jika di dalam Al Qur’an anak maupun istri kita disebutkan sebagai musuh dan fitnah yang harus kita waspadai , anak istri kita akan menjadi sebuah fitnah yang akan menjauhkan kita dari Allah Swt. yang akan menjerumuskan kita ke dalam gubangan dosa demi dosa, Allah berfirman :

                    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚوَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ الَّهغَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya : “Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (At-Taghabun : 14).

Rasulullah Saw. bersabda dalam haditsnya :

أَوَّلُ مَا يَتَعَلَّقُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَهْلُهُ


Artinya : “Pertama kali yang akan menuntut kita kelak pada hari kiamat adalah keluarga anak dan istrinya”.

Sehingga diriwayatkan dalam sebuah hadits, dimana Nabi saw bercerita bahwa ada seseorang yang sudah diputuskan sebagai seorang ahli surga, karena memang amal baiknya lebih banyak dari amal buruknya, akan tetapi tiba-tiba ada suara tuntutan dari dalam neraka yang menuntutnya dengan berkata :

يَا رَبَّنَا خُدْ حَقَّنَا مِنْهُ فَإِنَّهُ لَا يُعَلِّمُنَا مَا نَجْهَلُ وَكَانَ يُطْعِمُنَا الْحَرَامَ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ.

Artinya : “Wahai tuhanku ! ambillah hak kami dari pada orang ini, ia menelantarkan hak kami, karena dia tidak mengajarkan kepada kami apa yang seharusnya kami ketahui, dan dulu pada waktu didunia dia selalu memberi kami makanan yang haram sementara kami tidak mengetahuinya”

Coba simak dalam hadits Rasulullah Saw tersebut. disebutkan bahwasanya anak-anak kita akan menuntut kita karena kita tidak memberikan pendidikan yang benar kepada mereka, dengan pendidikan agama, dengan pendidikan yang denganya mereka akan tahu bagaimana cara melaksanakan sholat, puasa, zakat, haji dan lainnya, sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah swt:

  وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا

نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ


Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”

Dan juga ternyata yang menjadi tuntutan anak dan istri kita dalam hadits tersebut adalah mereka menuntut kita karena telah memberikan makanan-makan dan asupan-asupan yang haram yang subhat, sehingga karenanya mereka sulit sekali untuk melaksanakan perintah perintah Allah dan gampang sekali mereka melakukan perbuatan perbuatan yang dilarang Allah swt, sebagaimana yang kita lihat pada zaman ini, sangat sulit sekali kita perintahkan anak anak kita untuk melaksanakan sholat 5 waktu, sangat sulit sekali mereka membaca Al-Qur’an, sangat sulit sekali kita mereka untuk menghadiri majlis-majlis ta’lim, dan alangkah gampangnya mereka terjerumus ke dalam dosa demi dosa, tatkala mereka sudah berada didepan televisi menonton acara acara maksiat, seakan-akan mereka lupa akan waktunya lupa akan makan bahkan lupa akan rumahnya sendiri, kenapa ini semua terjadi? Tidak lain dan jawabannya adalah karena kita mendidiknya dari semenjak awal, dan kita telah berikan asupan-asupan makanan yang haram kepada mereka sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Saw. :

مَنْ أَكَلَ الْحَلَالَ أَطَاعَتْ جَوَارِحُهُ شَاءَتْ أَمْ أَبتْ عَلِمَتْ أَوْ لَمْ تَعْلَمْ وَمَنْ أَكَلَ الْحَرَامَ عَصَتْ جَوَارِحُهُ شَاءَتْ أَمْ أَبتْ عَلِمَتْ أَوْ لَمْ تَعْلَم


Artinya : “Barang siapa yang makanannya halal maka anggota badannya akan mudah digunakan untuk berbuat kebaikan dan sebaliknya apabila makanannya syubhat apalagi haram, maka akan mudah sekali dia melakukan kemaksiatan.”

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ


Oleh karena itu, inilah waktunya untuk kita mawas diri dan menyalahkan diri kita atas apa yang terjadi kepada saudara saudara kita kaum muslimin, dimana mereka gampang sekali terjerumus kedalam dosa demi dosa, para pejabatnya banyak yang korupsi, orang kayanya banyak yang pelit orang yang miskin sombongnya kelewat batas, para anak durhaka kepada kedua orang tuanya, para istri durhaka kepada suaminya, sedangkan para suami tidak memberikan contoh yang baik bagi anak dan istrinya, tapi justru mereka memperlakukan keluarganya dengan cara dictator, dengan cara yang tidak baik, dengan cara yang kasar, dengan cara yang dibenci oleh Nabi kita Muhammad Saw. oleh karena itu mari kita kembali kepada ajaran Nabi Saw dengan kita mendidik anak anak kita sesuai dengan ajarannya. Sebagaimana hal itu disebutkan dalam haditsnya :

«أَدِّبُوْا أَوْلَادَكُمْ عَلىٰ ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبُّ نَبِيِّكُمْ وَحُبُّ آلِ بَيْتِهٖ وَعَلىٰ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ». رواه الديلمي وابن النجار


Artinya : “Didiklah anak-anak kalian untuk cinta kepada Al-Qur’an, cinta kepada Nabi kalian, serta cinta kepada keluarga Nabi kalian.”

Mari kita evaluasi diri kita masing-masing, apakah kita sudah mengajari serta memerintahkan anak-anak kita untuk membaca Al-Qur’an serta mencintai Al-Qur’an dan mengamalkan isi Al-Qur’an, ataukah justru sebaliknya kita letakkan mereka di dalam pendidikan-pendidikan formal saja tanpa mengeyam pendidikan agama sehingga mereka tidak dapat membaca Alqur’an, yang mana dengan begitu secara tidak langsung kita mengajarkan kepada mereka untuk cinta kepada dunia dengan selalu katakana kepada mereka, jika mereka lulus nanti dan telah mendapatkan ijazah maka mereka akan mendapatkan masa depan yang cerah dan terjamin serta tertata, sehingga mereka lupa akan misi kehidupan yang sesungguhnya, yaitu untuk meraih kenikmatan akhirat yang kekal, kenikmatan tinggal bersama Nabi Muhammad Saw, dan para sahabat serta para solihin, sampai-sampai banyak di antara mereka ketika kita ditanya “untuk apa kalian hidup?” niscaya mereka takkan mampu untuk menjawabnya, dan kalaupun mereka bisa menjawabnya pasti mereka akan menjawab ”untuk mendapatkan kesuksesan di dunia, untuk mendapatkan hidup dalam keadaan mulia dan dihormati semua, dan untuk mendapatkan hidup dalam keadaan serba ada, itulah yang mereka pikirkan serta mereka cita citakan dan sama sekali lupa akan misi keakhiratannya, oleh karena itu marilah kita renungkan firman Allah Swt. :

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّما خَلَقْناكُمْ عَبَثاً وَ أَنَّكُمْ إِلَيْنا لا تُرْجَعُونَ


Artinya : “Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguh-nya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?” (QS. Al-Mukminun :115)

Demi Allah! suatu waktu nanti kita akan kembali kepadanya untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita semasa di dunia.

Sumber : Dr. KH. Habib Segaf bin Hasan bin Ahmad Baharun, S.H.I., M.H.I.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar