Bersegera Menuju Ampunan Allah SWT
Ditulis pada: Februari 17, 2022
Bersegera Menuju Ampunan Allah SWT |
KULIAHALISLAM.COM - Oktober tahun lalu saya selesai kontrak sebagai advisor HRD sebuah perusahaan pakan ternak. Lumayan, ada JHT selama 1.5 tahun. Tapi saya tidak segera mencairkan JHT tersebut, maklum belum merasa butuh. Ketika ada kebutuhan anak masuk kuliah, saya pun merasa perlu mencairkan JHT tersebut.
Tanggal 4 Februari saya ajukan klaim secara online, tanggal 9 Februari verifikasi via video call dan tanggal 11 Februari dana sudah masuk ke rekening saya. Sungguh cepat dan praktis. Saya sebenarnya ingin memuji kinerja baik dari BPJS Ketenagakerjaan ini.
Tapi ternyata tanggal 4 Februari muncul Permenaker No. 2/2022 bahwa JHT baru bisa dicairkan ketika usia pensiun alias 56 tahun. Alhamdulillah saya sudah klaim. Pelajarannya, segerakan suatu urusan meskipun deadline masih lama. Kita tidak tahu ada kejadian apa di tengah jalan.
Waktu ambil S3 saya termasuk santai dalam mengerjakan disertasi. Maklum, batas akhir di kampus 14 semester alias 7 tahun. Tapi karena teman-teman seangkatan sudah pada lulus, saya pun segera menyelesaikannya di semester 9.
Setelah saya selesai ternyata keluar aturan bahwa untuk lulus doktor harus menulis artikel dan dimuat di jurnal scopus (reputasi internasional), juga ada syarat TOEFL 500 dll. Alhamdulillah, saya tidak terkena aturan tersebut.
Tapi ada juga yang saya santai akhirnya terlambat, seperti mengurus sertifikasi dosen. Untuk mengajukan diri naik pangkat menjadi Lektor Kepala, saya harus sudah sertifikasi dosen. Dan ternyata sekarang untuk sertifikasi harus sudah ikut Pekerti (semacam pelatihan mengajar 84 jam), tes TOEL, TPA dan mengisi beban kerja dosen (BKD) meski belum sertifikasi.
Itu semua menunjukkan pelajaran bahwa kita harus bersegera dalam melakulan satu pekerjaan, tidak boleh menunda-nunda, apalagi itu urusan kebaikan. Dalam Al-Quran, Allah menyuruh kita untuk bersegera meninggalkan keburukan dengan bertaubat, menggapai ampunan Allah.
Dalam QS Ali Imron: 133 Allah berfirman, "Bersegeralah kalian untuk menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." Nabi Muhammad SAW yang mulia juga bersabda, "Bersegeralah beramal sebelum datang berbagai fitnah laksana potongan-potongan malam yang gelap....(HR Muslim).
Mungkin kita merasa hidup masih lama. Entar-entar saja beramalnya, seperti saya tidak segera klaim JHT, tidak segera menyelesaikan disertasi atau sertifikasi dosen. Kita tidak tahu ada aturan apa di tengah jalan yang akhirnya membuat kita terlambat dan jadi susah.
Dalam hal kehidupan, kita tidak tahu kapan maut akan menjemput kita. Bagaimana kalau maut datang sedangkan ada pekerjaan yang seharusnya bisa atau sudah kita lakukan tapi tidak kita lakukan gegara menunda-nunda?
Maka, jika ada uang segeralah sedekah. Jika masuk waktu shalat segera tunaikan shalat, jika punya dana dan mampu segera tunaikan haji dan umrah, jika masih ada orang tua, segera kunjungi, bahagiakan dan muliakan. Dan masih banyak lagi kebaikan yang bisa kita lakukan saat ini.
Dan bagi yang masih berkubang dalam kemaksiatan, inilah saatnya untuk berhenti. Bersegera untuk berhenti maksiat lebih baik daripada bersegera beramal kebaikan. Maka dalam ayat di atas Allah mendahulukan bersegera menuju ampunan Allah daripada menuju surga. Karena berhenti dari maksiat adalah pintu kita mengerjakan amal kebaikan berikutnya.
Seperti kisah ulama besar Fudhail bin Iyadh. Beliau dulu adalah penyamun yang paling ditakuti. Suatu ketika dia mendengar seseorang membaca Al-Quran.
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16).
Mendengar bacaan ayat ini Fudhail langsung tersungkur dan menjawab dalam hati, "Ya Allah, sekaranglah saatnya." Saat itu juga Fudhail taubat dan rajin ibadah sehingga suatu ketika beliau dikenal sebagai seorang ulama besar, bukan lagi seorang perampok.
Kalau Fudhail mendengar ayat di atas langsung mengatakan "sekaranglah saatnya", sekarang giliran pertanyaan tersebut kita lontarkan ke diri kita masing-masing, "Kapankah saatnya?"
Oleh: Dr. Budi Handrianto