Muhammadiyah Tidak Perlu Berebut Papan Nama
Ditulis pada: Maret 09, 2022
Baru-baru ini viral di media sosial yaitu di turunkannya plang papan nama Muhammadiyah di desa Tampo Cluring Banyuwangi. Tentu kejadian itu membuat warga net menjadi geram ada yang pro dan kontra. Sampai Kiai Marsudi Suud dari PBNU mengamini Sekjen PP Muhammadiyah untuk membawa persoalan ini ke ranah hukum.
Kita sangat menyesalkan atas kejadian tersebut pertama di saat ummat muslim dalam hal ini NU dan Muhammadiyah membangun kerja sama yang baik justru ada segelintir orang yang merusak hubungan baik NU dan Muhammadiyah. Kerja sama yang di pelopori oleh KH Hasyim Muzadi, Gus Sholah Gus Baha, Yahya Staquf, Dien Samsudin, Haedar Nashir, dan Adi Hidayat, justru di rusak.
Kita sebagai jamaah di bawah merasa sangat bahagia kalau pemimpin NU dan Muhammadiyah saling mengunjungi dan silaturrahim untuk membangun ummat.
Kita sangat bahagia atas Tausiah KH Hasyim Muzadi di pondok pesantren Gontor yang menceritakan bahwa beliau beberapa kali di undang oleh PP Muhammadiyah untuk ceramah di PP Muhammadiyah, tidak saja Kiai Hasyim tetapi PP Muhammadiyah mengundang Tuanku Guru Bajang dan AA Gymnastiar untuk berceramah di pengajian bulanan PP Muhammadiyah.
Tidak sampai disitu saja Muhammadiyah juga punya hubungan baik dengan saudara dari ummat Kristiani yakni Katholik dan Kristen Protestan. Dan Muhammadiyah tidak pernah ada gesekan dengan ummat Katholik dan Kristen bahkan selalu kerja sama dalam bidang sosial pendidikan dan kesehatan, mereka saling belajar untuk tumbuh dan berkembang merawat kebangsaan dengan sikap dewasa.
Sekolah-sekolah Perguruan Tinggi dan rumah sakit milik Muhamadiyah terbuka untuk siapapun dari berbagai latar belakang dan di sana tidak ada persoalan sara, mereka bersatu dalam suasana toleransi dan saling menghormati.
Berkaitan dengan penurunan papan nama Muhammadiyah di Tampo Cluring Banyuwangi, warga Muhammadiyah tidak perlu emosi yang berlebihan, meskipun kadang kala bikin geram, bisa menahan diri itu lebih bijak dan dewasa dari pada sekedar adu otot dan fisik yang buang buang energi.
Saya percaya jamaah Nahdatul Ulama punya pengetahuan fikih tauhid dan akhlak yang mumpuni karena terdidik di pesantren yang penuh dengan khikmat dan kebijaksanaan.
Jiwa-jiwa pendidikan pesantren adalah jiwa yang damai dan adem, tentu tindakan sepihak yang terjadi di masjid Al Hidayah Tampo Cluring Banyuwangi itu bukanlah orang orang NU, boleh jadi mereka adalah orang yang mengaku-ngaku untuk merusak hubungan baik NU dan Muhammadiyah. NU itu punya adab yang tidak punya adab itu orang yang tidak bertuhan yang ingin merusak kedamaian rakyat.
Yang perlu di ingat adalah tahun 1965 banyak Kiai-Kiai kita di bantai di Gambiran, pelakunya adalah orang yang tidak mengenal Tuhan yang tidak menghendaki negeri ini damai dan tentram. Oleh karena itu warga Muhammadiyah harus berhati-hati dan waspada atas provokasi pihak ketiga untuk melakukan adu domba sesama ummat muslim.
Muhammadiyah punya tugas besar bersama pemerintah dan komponen bangsa yang lain dalam mencerdaskan, menyehatkan dan membangun NKRI menjadi negara yang baldatun toyibatun wa robbun ghofur.
Ini adalah tugas mulia yang harus diutamakan dari pada sekedar plang papan nama. Biarkanlah masalah tersebut di serahkan pada ranah hukum untuk penyelesaian. Dan yang paling penting pihak Muhammadiyah sudah memberikan hak jawabnya berdasarkan data historis dan fakta hukum, melalui LBH Muhammadiyah Jawa Timur.
Yang pasti pengrusakan dan penurunan plang nama punya konsekwensi hukum, karena Muhammadiyah berdiri ada dasar hukumnya. Pengrusakan papan nama Muhammadiyah bisa dikatagorikan pengrusakan sepihak dan ada pasal hukumnya. Oleh karena itu Muhammadiyah harus segera memproses hukum para perusak papan nama tersebut.
Bukannya secara perdata atau yang lain punya batas waktu kedaluwarsa 20 tahun, sementara berdasarkan sejarah dan fakta hukum sudah lebih dari 50 tahun di gunakan Muhammadiyah untuk masjid, sekolah dan aktifitas saat pewarisnya masih hidup, dan pewarisnya saat itu tidak mempersoalkan.
Di samping itu Muhammadiyah juga punya dokumen autentik yang bisa dijadikan fakta hukum dipengadilan, di samping Muhammadiyah secara historis yang menggunakan lahan diatas tanah 2500 meter itu.
Salam kewarasan salam damai dan salam kedewasaan semoga Allah senantiasa memberkati kita semua, aamiin.
Oleh: Agung Wilis