Filsafat Membaca Menurut Dr. Fahruddin Faiz
Ditulis pada: Maret 12, 2022
Menurut Dr. Fahruddin Faiz filsafat membaca Kata Cicero, begini “Satu ruangan tanpa buku adalah seperti tubuh tanpa jiwa. Ini menunjukan pentingnya buku. Dimana-mana kita harus mudah memperoleh buku karena makanan bagi jiwa. Bahkan kalau ada ruangan kita punya kamar tidak ada bukunya, itu seperti tubuh tanpa jiwa.
Atau mungkin bisa kita tafsirkan, meskipun di kamar ada buku, tapi tidak pernah dibaca, tidak pernah dibuka, tidak pernah dilihat itu seperti tubuh yang berjiwa tapi tidak hidup. Ini provokasi dari Cicero, ya kalau bisa kita selalu dekat dengan buku. Karena satu ruangan tanpa buku seperti tubuh tanpa jiwa.
Atau seperti yang kedua ini, kalau engkau memiliki perpustakaan ditamanmu berarti engkau sudah punya segalanya. Ini hanya orang-orang luar biasa yang tamannya ada perpustakaannya. Ya, punya perpustakaan saja ini sudah luar biasa, apalagi perpustakaan yang di taman. Ini kalau dalam pemikirannya Cicero, mesti seperti orang-orang yang hidup di surga.
Tamannya ada perpustakaannya, ini mungkin semangat untuk terus mengakrabi buku karena kualitas kita ada pada ilmu. Sumbernya ilmu yang paling otoritataif itu ya buku. Enggak mungkin ita jadi orang berilmu kalau kita malas membaca.
Maka Cicero berkata “Bacalah setiap kali waktu senggang, bacalah disetiap waktu, bacalah disaat gembira, bacalah saat bekerja, bacalah saat seseorang masuk, bacaalah saat orang keluar, tugas pikiran yang terdidik itu hanya satu yaitu membaca.” Kalau ini seperti perintahnya agama kita disuruh “Iqra”, bacalah apa saja. Setiap peristiwa adalah ilmu pengetahuan. Setiap fenomena adalah wawasan.
Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah atau tempat belajar. Setiap waktu adalah waktu belajar. Jadi kita ini, apapun yang kita hadapi, hidupkan pikiran kita. Itu namanya membaca. Baca itu tidak harus buku, kalau hari ini fungsinya buku digantikan oleh smartphone. Yang penting aktivitas membaca itu nanti yang jadi kunci.
Mengapa membaca itu penting ? Cicero berkata “Karena aku kurang pengalaman maka aku menambah dengan ketekunan dan kerajinan.” Jadi ketekunan kita membaca, rajin kita membaca itu akan menutupi kekurangan pengalaman kita. Tadi sudah disinggung sebentar, betapa manusia itu pengalamannya sedikit, umurnya juga pendek, dia tidak mengerti segalanya.
Untuk menutupi itu maka kita harus rajin dan tekun membaca. Orang yang tekun membaca, orang yang rajin membaca nambah wawasan. Itu pengetahuannya bisa jauh lebih luas daripada orang yang mengandalkan pengalamannya langsung. Jadi tutupilah kekurangan itu dengan pengalaman atau kerajinan, disitulah kunci kemenangan itu.