Pendahuluan | Belajar ilmu sharaf untuk pemula
Ditulis pada: Agustus 20, 2021
Mari kita belajar ilmu sharaf dari dasar, dimulai dari pengertian ilmu sharaf dan perbedaannya dengan ilmu nahwu, kemudian belajar dari dasar langkah menimbang suatu kata dengan timbangannya.
Ilmu sharaf biasa juga dikenal dengan ilmu tashrif. Jadi jika ada guru yang menyebut belajar tashrif, maka sama juga maknanya dengan belajar sharaf.
Ilmu bahasa kurang lebih ada dua belas ilmu dan salah satunya adalah ilmu sharaf.
Sebagaimana ilmu nahwu, ilmu sharaf atau tashrif perlu dipelajari jika sobat ingin membaca kitab gundul bahasa Arab para 'ulama dan memahaminya, ingin lancar membaca dan memahami al-Quran dan hadits nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan ingin mengerti perkataan yang diucapkan oleh orang Arab.
Tingkatan belajar bahasa Arab
Idealnya, pertama kali yang harus kita pelajari adalah ashwat atau suara dari setiap huruf. Alhamdulillah tahapan ini sudah kita pelajari sewaktu TPA dahulu yaitu mempelajari makhraj atau tempat keluarnya huruf ketika kita belajar ilmu tajwid dahulu.
عِلْمُ الأَصْوَاتِ فِي اللُّغَةِ :- : عِلْمٌ يَدْرُسُ مَخَارِجَ الْحُرُوفِ وَطَبِيعَةَ هَمْسِهَا أَوْ جَهْرِهَا وَكَيْفِيَّةَ نُطْقِهَا
ilmu ashwaat di dalam ilmu bahasa adalah ilmu yang mempelajari tempat keluar huruf sehingga kita dapat membunyikan huruf tersebut dengan benar sesuai dengan sifat huruf tersebut (misalnya: tipis, tebal, jahr, hams, dan seterusnya).
Kemudian barulah kita belajar tentang kosakata, belajar setiap kata dan perubahannya, inilah yang kita pelajari dalam ilmu sharaf.
Lalu kita belajar gabungan kata-kata yang membentuk sebuah kalimat yang mempunyai makna, struktur kalimat, posisi atau jabatan kata yang terdapat dalam kalimat yang ditandai oleh harakat akhir dari kata-kata tersebut. Inilah yang kita pelajari dalam ilmu nahwu.
Mengapa kita harus mempelajari ilmu sharaf terlebih dahulu?
Ilmu sharaf itu sebaiknya dipelajari dahulu karena dengan ilmu tersebut kita akan dapat dengan mudah mencari kata baru yang kita temui pada kamus. Mengapa? Karena pada kamus hanya tertulis kata dasar (akar kata)nya saja, sehingga kalau kita belum tahu ilmu sharaf kita akan kesulitan mencari arti sebuah kata di dalam kamus.
Contoh:
Kita menemui kata كَاتِبٌ . Kita ingin mengetahui artinya, maka dengan mengetahui asal katanya, kita dapat mencari arti kata tersebut.
Asal kata كَاتِبٌ adalah كَتَبَ , maka kita cari di kamus pada indeks huruf ك , artinya adalah menulis.
Dengan ilmu sharaf, maka kita mengetahui kalau wazan فَاعِلٌ artinya orang yang melakukan pekerjaan tersebut, sehingga akhirnya kita dapat mengetahui arti كَاتِبٌ adalah orang yang menulis alias penulis.
Begitu pula jika sobat menemukan kata كَاتَبَ , maka dengan cara yang sama dengan di atas, sobat akan mengetahui artinya yaitu saling menulis/berkoresponden seperti saling mengirim surat atau menulis ke seseorang.
Jadi kalau ada orang yang bertanya,"belajar ilmu nahwu dulu atau belajar ilmu sharaf dulu?", maka idealnya sesuai dengan tingkatan pembelajaran bahasa Arab di atas, maka kita belajar ilmu sharaf dahulu.
Dengan catatan itu adalah kondisi yang ideal, karena banyak juga kita jumpai orang yang belajar ilmu nahwu dulu atau belajar keduanya berbarengan. Silakan saja diukur sesuai kemampuan, kondisi, dan lainnya.
Sekarang kita akan masuk ke dalam pengertian ilmu sharaf.
Pengertian ilmu sharaf
Ilmu sharaf adalah ilmu yang mempelajari dasar dan kaidah tentang keadaan bangunan sebuah kata beserta perubahan bangunan katanya. Perubahan bangunan kata tersebut adalah perubahan lafaz dalam bangunannya, dan juga perubahan makna akibat perubahan lafaz kata tersebut.
Contoh hal yang dipelajari dalam ilmu sharaf atau tashrif:
Dasarnya atau keadaan bangunan asalnya adalah ضَرَبَ yang maknanya adalah telah memukul.
Bangunan katanya adalah ضَ plus رَ plus بَ , yang mengikuti timbangan فَعَلَ
Ketika bangunan katanya berubah, misalnya menjadi ضَارِبٌ . Pada kata ini bangunannya berubah, dalam arti lafaznya ada tambahan alif (ا), yang mengikuti timbangan/wazan فَاعِلٌ .
Dengan adanya perubahan lafaz, maka terjadi juga perubahan makna. Makna ضَارِبٌ adalah orang yang memukul.
Kesimpulannya ilmu sharaf adalah ilmu yang memperhatikan atau membahas bangunan kata dan juga membahas maknanya.
Jadi sekarang sobat sudah dapat menjawab pertanyaan "apa itu ilmu sharaf?" dengan jawaban yang benar.
Apa perbedaan ilmu sharaf dengan ilmu nahwu?
Yang menjadi perbedaan ilmu sharaf dari ilmu nahwu adalah tentang fokus pembelajarannya alias fokus pembahasannya.
Kita lihat satu persatu.
Pertama, fokus ilmu nahwu adalah tentang keadaan harakat terakhir pada sebuah kata, yaitu kata secara umum baik kata yang mu'rab dan yang mabniy, sedangkan ilmu sharaf fokus membahas kata yang mu'rab saja.
Seperti yang kita ketahui, fi'il terdiri dari dua yaitu fi'il jamid (yang tetap alias tidak bisa diubah ke fi'il lain) dan fi'il mutasharrif (yang bisa diubah ke fi'il lain).
Nah, fokus ilmu sharaf adalah hanya membahas yang mutasharrif saja, sedangkan ilmu nahwu membahas keduanya baik jamid maupun mutasharrif.
Yang kedua, ilmu nahwu adalah ilmu yang dipelajari agar lisan terjaga dari kesalahan dalam membuat kalimat (karena mempelajari struktur kalimat), sedangkan ilmu sharaf fokusnya adalah agar menjaga lisan dari kesalahan dalam sebuah kata (pengucapan, penulisan, penerapan sebuah kata).
Faidah mempelajari ilmu sharaf
Di bawah ini adalah sebagian kecil dari banyak faidah mempelajari ilmu sharaf.
1. Menjaga lisan dari kesalahan penyebutan/penulisan sebuah kata.
2. Meringankan pengucapan (lafaz) kata yang sulit agar mudah diucapkan.
Contoh :
قَالَ - يَقُوْلُ wazan atau timbangannya adalah فَعَلَ - يَفْعُلُ
Kenapa يَقُوْلُ timbangannya يَفْعُلُ ? karena يَقُوْلُ lebih mudah diucapkan oleh lisan ketimbang يَقْوُلُ
Kita lihat sebenarnya asal katanya adalah قَوَلَ - يَقْوُلُ , ini sesuai dengan timbangan فَعَلَ - يَفْعُلُ
Namun karena يَقْوُلُ susah diucapkan oleh lisan, maka sukun pada qaf ke huruf waw, dan dhammah pada waw ke qaf, sehingga jadilah يَقُوْلُ .
3. Menjaga bahasa Arab.
Sebenarnya banyak manfaat belajar ilmu sharaf, namun tidak cukup untuk ditulis satu persatu pada tulisan ini.
Bagaimana cara menimbang dalam timbangan sharaf?
Karena sebagian besar kita akan melakukan aktivitas menimbang kata dengan timbangan (wazan dan mauzun), maka berikut adalah konsep dasar bagaimana cara menimbang dan hal yang harus diperhatikan dalam menimbang suatu kata.
1. Alat menimbang adalah huruf ف plus ع plus ل , sebagian besar kata terdiri dari tiga huruf, sehingga alat timbangan atau wazannya adalah فعل (untuk yang lebih dari tiga huruf akan dipelajari kemudian).
2. memperhatikan harakat dan sukun dari sebuah kata.
contoh:
كَتَبَ timbangannya adalah فَعَلَ
Catatan : timbangan itu ikut ke yang ditimbang.
yang ditimbang adalah كَتَبَ , berarti timbangannya adalah فَعَلَ
contoh lain adalah كَرُمَ , dengan cara yang sama maka kita tahu bahwa timbangannya adalah فَعُلَ
Lihat gambar untuk lebih jelasnya.
3. Memperhatikan huruf yang dikedepankan atau yang diakhirkan.
contohnya:
جَذَبَ timbangannya adalah فَعَلَ
ketika letak hurufnya berubah, misalnya menjadi جَبَذَ maka timbangannya menjadi فَلَعَ
catatan : kata yang tergolong dalam kasus ini sedikit dalam bahasa Arab, namun hal ini harus diketahui.
4. Memperhatikan bangunan asal dan tambahannya.
contohnya:
خَرَجَ semua bangunannya asli alias ini adalah kata dasarnya. Timbangannya adalah فَعَلَ
خُرُوْجٌ ini berasal dari kata خَرَجَ , dengan ada tambahan و , sehingga timbangannya فُعُوْلٌ
5. Memperhatikan apakah ada penghilangan huruf atau tidak.
contoh:
قَالَ itu timbangannya فَعَلَ (karena bangunan asalnya قَوَلَ).
Ketika diubah menjadi fi'il amr, ada huruf yang hilang, sehingga menjadi قُلْ , sehingga timbangannya menjadi فُلْ (karena ع al-kalimahnya hilang).
contoh lainnya adalah كُلْ . Tidak ada fi'il yang dua huruf, jika hurufnya dua berarti ada yang hilang.
Pada fi'il amr كُلْ , kata dasarnya adalah أَكَلَ . Wazan أَكَلَ adalah فَعَلَ
Pada kasus ini, huruf hamzah yang hilang sehingga wazannya menjadi عُلْ karena ف al-kalimahnya hilang.
Ini saja pendahuluan belajar ilmu tashrif ini, kita akan lanjutkan pada artikel selanjutnya, in syaa Allah.
Sumber :