Kenapa Berhenti Berdo'a?
Ditulis pada: Mei 02, 2020
Banyak sekali terjadi di tengah-tengah masyarakat kita dimana seseorang mempertanyakan ketidak terkabulan do'anya bahkan tak jarang mereka berhenti dari berdo'a dengan alasan telah berdo'a berkali-kali tetapi do'anya tidak terkabul, dan orang-orang yang tidak berdo'a saja mendapat rizqi juga.
Demikianlah kasus yang menimpa sebagian umat Islam dalam berdo'a kepada Allah, sehingga untuk menjawab permasalahan ini harus diketahui dahulu makna do'a tersebut dan apa saja yang membuat do'a itu makbul atau tidak diijabah oleh Allah swt.
Ketika seorang Badui datang kepada Rasulullah saw dan bertanya: "Apakah Tuhan itu dekat sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, ataukah jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya? Ketika itu Rasulullah saw terdiam sehingga turunlah ayat berikut sebagai jawabannya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a, apabila ia berdo'a kepada-Ku". (QS 2: 186).
Dari ayat ini sudah jelaslah bagi kita bahwa berdo'a itu adalah suatu bentuk permohonan dari seorang hamba kepada Tuhannya (Allah swt) dan Dia pasti akan mengabulkan do'a orang-orang yang berdo'a kepada-Nya. Ini adalah janji Allah, dan Dia tidak pernah ingkar janji (QS. 3:9). Hanya mungkin masalah waktu saja Allah akan mengabulkannya, selagi kita mengindahkan aturan-aturan yang telah digariskan Allah swt agar do'a kita dikabulkan, yang diantaranya adalah:
Mencari rejeki dengan cara yang tidak halal akan menghalangi terkabulnya do'a kita, sebagaimana yang dipaparkan Rasulullah saw: "Seorang laki-laki yang telah berkelana jauh dengan rambutnya yang kusut masai dan pakaian yang penuh debu, ia menengadahkan tangannya ke langit sambil berdo'a; 'Ya Allah, ya Allah', sedang makanannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan dibesarkan dengan makanan haram, bagaimana Allah akan mengabulkan do'anya itu". (HR Muslim). Dan kitapun diperintahkan Allah swt lewat firmanNya: "Hai orang-orang yang beriman, makan-lah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu". (QS 2:172).
Hendaklah di dalam berdo'a memiliki keyakinan yang pasti tanpa keraguan sedikitpun bahwa do'anya akan dikabulkan oleh Allah dengan kekuasaan-Nya. Rasulullah saw bersabda: "Janganlah salah seorang dari kamu mengatakan; 'Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki, rahmatilah aku jika Engkau menghendaki', tetap hendaklah berkeinginan kuat dalam permohonannya itu karena sesungguhnya Allah tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu." (HR. Abu Dawud)
Mintalah sesuatu yang masuk akal, seperti ingin memiliki/menguasai seluruh bumi, ingin menjadi orang yang paling kuat di atas bumi ini, mendo'akan kejelekan bagi orang lain, dan sebagainya, sebab hal itu dilarang oleh Rasulullah saw: "Janganlah kamu berdo'a buruk terhadap dirimu, begitupun terhadap anak-anakmu, dan terhadap harta bendamu !! Jangan sampai nanti do'amu itu bertepatan dengan suatu saat dimana Allah sedang memenuhi permohonan, hingga do'a burukmu itu benar-benar terkabul". (HR Muslim).
Tidak jarang ketidak terkabulan do'a itu justru dari pikiran ingin dikabulkan do'anya dengan segera, seperti yang disabdakan Rasulullah saw: "Tentu do'a seseorang akan dikabulkan oleh Allah, selama orang itu tidak terburu-buru (ingin dikabulkan), yaitu dengan mengatakan; "Saya telah berdo'a tetapi do'a itu tidak juga dikabulkan Tuhan !" (Mutafaq 'Alaih).
Jadi seyogyanyalah kita patut diri kita sendiri, mengapa do'a kita tidak dikabulkanNya, pasti ada masalah pada diri kita. Dan bukankah esensi berdo'a dalam arti yang lebih dalam adalah suatu bentuk kedekatan diri seorang hamba kepada Khaliq-nya. Seperti halnya Rasulullah saw, sebagai seorang yang tidak tercela, tidak meminta saja diberi oleh Allah swt masih saja gemar berdo'a, karena hakekat do'a itu adalah suatu ibadah.
Dan sahabat Umar bin Khaththab ra pun pernah berkata: "Saya tidak terlalu mementingkan terkabulnya do'a tetapi yang terpenting bagiku adalah do'a itu (adalah ibadah) sehingga apabila kepentinganku adalah berdo'a maka ijabahnya akan mengikutinya".
Saudaraku, kita belum seberapanya Rasulullah saw dan sahabatnya itu, patutkah kita ngambek dan berhenti berdo'a, hanya karena tidak makbulnya do'a kita, itupun karena ulah kita sendiri.
Demikianlah kasus yang menimpa sebagian umat Islam dalam berdo'a kepada Allah, sehingga untuk menjawab permasalahan ini harus diketahui dahulu makna do'a tersebut dan apa saja yang membuat do'a itu makbul atau tidak diijabah oleh Allah swt.
Ketika seorang Badui datang kepada Rasulullah saw dan bertanya: "Apakah Tuhan itu dekat sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, ataukah jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya? Ketika itu Rasulullah saw terdiam sehingga turunlah ayat berikut sebagai jawabannya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a, apabila ia berdo'a kepada-Ku". (QS 2: 186).
Dari ayat ini sudah jelaslah bagi kita bahwa berdo'a itu adalah suatu bentuk permohonan dari seorang hamba kepada Tuhannya (Allah swt) dan Dia pasti akan mengabulkan do'a orang-orang yang berdo'a kepada-Nya. Ini adalah janji Allah, dan Dia tidak pernah ingkar janji (QS. 3:9). Hanya mungkin masalah waktu saja Allah akan mengabulkannya, selagi kita mengindahkan aturan-aturan yang telah digariskan Allah swt agar do'a kita dikabulkan, yang diantaranya adalah:
Mencari rejeki dengan cara yang tidak halal akan menghalangi terkabulnya do'a kita, sebagaimana yang dipaparkan Rasulullah saw: "Seorang laki-laki yang telah berkelana jauh dengan rambutnya yang kusut masai dan pakaian yang penuh debu, ia menengadahkan tangannya ke langit sambil berdo'a; 'Ya Allah, ya Allah', sedang makanannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan dibesarkan dengan makanan haram, bagaimana Allah akan mengabulkan do'anya itu". (HR Muslim). Dan kitapun diperintahkan Allah swt lewat firmanNya: "Hai orang-orang yang beriman, makan-lah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu". (QS 2:172).
Hendaklah di dalam berdo'a memiliki keyakinan yang pasti tanpa keraguan sedikitpun bahwa do'anya akan dikabulkan oleh Allah dengan kekuasaan-Nya. Rasulullah saw bersabda: "Janganlah salah seorang dari kamu mengatakan; 'Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki, rahmatilah aku jika Engkau menghendaki', tetap hendaklah berkeinginan kuat dalam permohonannya itu karena sesungguhnya Allah tiada sesuatu pun yang memaksa-Nya untuk berbuat sesuatu." (HR. Abu Dawud)
Mintalah sesuatu yang masuk akal, seperti ingin memiliki/menguasai seluruh bumi, ingin menjadi orang yang paling kuat di atas bumi ini, mendo'akan kejelekan bagi orang lain, dan sebagainya, sebab hal itu dilarang oleh Rasulullah saw: "Janganlah kamu berdo'a buruk terhadap dirimu, begitupun terhadap anak-anakmu, dan terhadap harta bendamu !! Jangan sampai nanti do'amu itu bertepatan dengan suatu saat dimana Allah sedang memenuhi permohonan, hingga do'a burukmu itu benar-benar terkabul". (HR Muslim).
Tidak jarang ketidak terkabulan do'a itu justru dari pikiran ingin dikabulkan do'anya dengan segera, seperti yang disabdakan Rasulullah saw: "Tentu do'a seseorang akan dikabulkan oleh Allah, selama orang itu tidak terburu-buru (ingin dikabulkan), yaitu dengan mengatakan; "Saya telah berdo'a tetapi do'a itu tidak juga dikabulkan Tuhan !" (Mutafaq 'Alaih).
Jadi seyogyanyalah kita patut diri kita sendiri, mengapa do'a kita tidak dikabulkanNya, pasti ada masalah pada diri kita. Dan bukankah esensi berdo'a dalam arti yang lebih dalam adalah suatu bentuk kedekatan diri seorang hamba kepada Khaliq-nya. Seperti halnya Rasulullah saw, sebagai seorang yang tidak tercela, tidak meminta saja diberi oleh Allah swt masih saja gemar berdo'a, karena hakekat do'a itu adalah suatu ibadah.
Dan sahabat Umar bin Khaththab ra pun pernah berkata: "Saya tidak terlalu mementingkan terkabulnya do'a tetapi yang terpenting bagiku adalah do'a itu (adalah ibadah) sehingga apabila kepentinganku adalah berdo'a maka ijabahnya akan mengikutinya".
Saudaraku, kita belum seberapanya Rasulullah saw dan sahabatnya itu, patutkah kita ngambek dan berhenti berdo'a, hanya karena tidak makbulnya do'a kita, itupun karena ulah kita sendiri.