Skip to main content

Dua Pilihan yang Tidak Bisa Ditawar


Setelah “panggung sandiwara” ini usai, kita mendapati dua pilihan atas peran yang telah kita mainkan. Di atas panggung, kita bebas berimprovisasi, asalkan tetap berada dalam kerangka naskah yang telah di atur dan ditetapkan oleh Sang Sutradara. Penilaian hanya ada dua, baik dan buruk, jalan lurus atau jalan menyimpang. Maka tidaklah sama antara yang haq dan yang batil. Sangat jauh berbeda kehidupan surga dan neraka.

Pilihan Pertama.


Dalam Al-Quran Surat Qaaf ayat 30 dikatakan “Dan ingatlah akan hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahanam: “Apakah kamu sudah penuh? “Dan jahanam menjawab: “Masih adakah tambahan? Ini adalah dialog Allah yang Maha kuasa dengan neraka jahanam. Suasana manakah yang lebih mengerikan dari suasana di dalam neraka jahanam. Semua makhluk tidak akan sanggup dan bercita-cita ingin memasukinya, semua ingin selamat dari neraka.

Tapi neraka senantiasa memangil-mangil bahkan bertanya "masih adakah lagi tambahan anggotaku?" Panggilan itu bertebaran di muka bumi berupa acara yang mengelar syahwat, walaupun untuk mengikutinya tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan. Panggilan neraka itu mengarah kepada mereka yang menurutkan hawa nafsu, wanita yang menggelar aurat dan harga dirinya dengan harga yang sangat murah.

Panggilan neraka itu tertuju kepada mereka yang melupakan Tuhan yang telah menciptakan mereka. Mereka lebih sibuk dengan bisnis haram, hiburan memabukkan, mereka mempermainkan agama, mereka terus mendengar panggilan neraka, hingga maut menjemput baru tumbuh kesadaran, insyaf, namun sayang semuanya sudah terlambat, kematian sudah tidak dapat lagi ditunda.

Maka pada hari perhitungan digiringlah pendengar seruan neraka tadi ke jahanam, mereka dilemparlah satu-persatu dengan kasarnya. Jumlah mereka semakin bertambah saja, "Apakah kamu sudah penuh wahai neraka?" tanya Allah. "Masih adakah tambahan?" jawab neraka.

Masya Allah, neraka senantiasa memanggil-mangil manusia, tempatnya masih cukup untuk memuat sebanyak apapun manusia. Cukuplah sampai disini saja, jangan hiraukan lagi panggilan dunia, hentikan perbuatan dosa, kembalilah kepada Rabb yang telah menciptakan kita!!!

Pilihan Kedua


Pada hari Senin tangal 12 Rabi’ul Awal tahun 11 H, kematian menjemput Rasulullah. Manusia sempurna yang telah dijanjikan Allah surga itu telah menemui Rabbnya dengan jiwa yang tenang. Ia hanyalah seorang manusia biasa, kematian tidak lupa menghampiri kekasih Allah itu. Disaat sakaratul maut itu, Aisyah mendengar apa yang beliau katakan: "Ya Alah ampunilah aku, rahmatilah aku, dan pertemukanlah aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi"

Keindahan surga tidak akan terbayang di pelupuk mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, tidak terpikirkan oleh akal. Menurut Ibnu Qayyim, bagaimana bisa dibayangkan, rumah penghuni surga yang dibangun Allah dengan Tangan-Nya sendiri berbentuk istana. Yang materi batu batanya dari emas dan perak, yang atapnya Arasy Ar-Rahman, yang pepohonannya dari emas dan perak sebening kaca, yang buah-buahannya lebih lembut dari keju dan lebih manis dari madu, yang sungai-sungainya mengalirkan susu, madu dan arak yang tidak memabukkan, yang kebagusan wajah penghuninya seperti rembulan, yang kendaraanya kuda dan unta bersayap, yang istri mereka bidadari yang disucikan, cantik jelita nan bermata jeli.

Surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai tidak akan mungkin kita temui di dunia ini. Kematian merupakan jembatan menuju jannah-Nya. Jika kita berharap akan mendapatkan jannah-Nya maka persiapkanlah bekal menuju ke arah sana. Sehingga kematian menjadi suatu yang sangat kita nanti-nantikan, sebagimana pejuang Islam yang syahid di belahan bumi Islam sana, mati syahid telah mengharumkan ruhnya, perjumpaan dengan Tuhan menjadi cita-cita mereka. Sedikitpun mereka tidak takut, karena mereka memiliki seni tersendiri menghadapi kematiannya.

Kematian dapat menghantarkan manusia kepada perjumpaan dengan Kekasihnya. Hal ini di buktikan dalam diri manusia sempurna Rasulullah. Jika Rasul saja tidak luput dari kematian, lalu apakah kita yang tidak ada jaminan untuk bisa masuk surga ini akan kekal hidup di dunia?

Setiap jiwa memiliki seni tersendiri menyiapkan kematiannya, manusia bebas memilih kedua pilihan itu. Bagaimana dengan kita, apakah sudah siap jika detik ini juga kematian itu menghampiri, kemudian kita dihadapkan pada kedua pilihan itu, mana yang akan Anda pilih? Wallahu'a'lam bishshowab.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar